smaislamandalusiakbsn.sch.id, KEBASEN – Sebagai pemantapan mental anak-anak Kelas XII dalam menghadapi Ujian Sekolah (US) sebentar lagi, SMA Islam Andalusia Kebasen menggelar kegiatan Istighosah bersama, Sabtu (26/3/2022).
Rangkaian kegiatan Istighosah dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB dan langsung dipandu oleh Kepala Sekolah, Bapak Drs. Dawud Buang, M.Pd.I. Di tengah sambutannya, beliau mengatakan, Guru seumpama paralon dan ilmu adalah airnya.
“Air dari mata air bisa dialirkan dengan pipa paralon. Begitu pun dengan ilmu. Tanpa Guru yang menjadi pipa paralon untuk mengalirkannya, ilmu itu tidak bisa tersampaikan,” jelas Bapak Kepala Sekolah.
Kegiatan Istighosah diikuti oleh semua dewan guru serta anak Kelas XI dan Kelas XII. Semua hadirin mengikuti kegiatan tersebut dengan khidmat dari awal acara hingga akhir.
Tujuan utama dari kegiatan Istighosah ini adalah agar anak-anak Kelas XII memiliki mental yang baik saat menghadapi soal-soal Ujian. Di samping itu, kegiatan ini juga bertujuan memurnikan kembali niat anak-anak dalam menuntut ilmu.
Dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, Syekh Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (w. 1111 M) atau yang lebih dikenal dengan Imam al-Ghazali menjelaskan, dalam menuntut ilmu, hendaknya hati dibersihkan dari sifat-sifat tercela. Ini salah satu syarat utama bagi penuntut ilmu. Bagaimana supaya hati yang akan disinggahi ilmu, betul-betul bersih dari hal-hal menghalangi masuknya ilmu.
الوظيفة الأولى: تقديم طهارة النفس عن رذائل الأخلاق و مذموم الأوصاف إذ العلم عبادة القلب و صلاة السر و قربة الباطن إلى الله تعالى. و كما لا تصح الصلاة التي هي وظيفة الجوارح الظاهرة إلا بتطهير الظاهر عن الأحداث و الأخباث فكذلك لا تصح عبادة الباطن و عمارة القلب بالعلم إلا بعد طهارته عن خبائث الأخلاق و أنجاس الأوصاف
Artinya: “Syarat yang pertama dalam menuntut ilmu adalah mensucikan hati dari akhlak-akhlak buruk dan sifat-sifat tercela. Karena pada hakikatnya, mencari ilmu merupakan ibadah, shalat yang bersifat rahasia, dan mendekatkan diri kepada Allah ta’ala secara batin.”
“Sebagaimana shalat yang merupakan ibadah zahir tidak sah kecuali dengan mensucikan diri secara zahir dari hadats dan najis. Demikian pula dalam menghidupkan hati dengan ilmu, tidak bisa kecuali setelah mensucikan hati dari akhlak-aklak buruk dan sifat-sifat yang najis.” (lihat al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, [Sangkapura: Al-Haramain, tt], juz 1, hal. 49).
Dari penjelasan di atas, Imam al-Ghazali menganalogikan orang yang mencari ilmu itu layaknya orang yang menunaikan shalat. Shalat tidak akan sah kecuali jika harus suci dari hadats dan najis. Demikian pula dalam menuntut ilmu, tidak bisa maksimal kecuali terlebih dahulu mensucikan hati dari sifat dan akhlak tercela seperti rasa sombong, dengki, dendam, sifat curang, dan lain sebagainya.
Harapannya, anak-anak Kelas XII yang lulus dan akan meninggalkan sekolah nantinya bisa mengikuti jalan para Ulama besar dalam menuntut ilmu.(UZ)